Kamis, 02 April 2015

DISPORA Provinsi Jatim Gelar Pelatihan Penyadaran Bahaya Dan Penanganan Kenakalan Pemuda Sebaya Se Jatim Tahun 2015

Penulis :
Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Selasa s/d Kamis tanggal 10 – 12 Maret 2015, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan Pelatihan Penyadaran Bahaya dan Penanganan Kenakalan Pemuda Sebaya Se Jawa Timur Tahun 2015 di Penginapan Remaja Jl. Dukuh Kupang XV/52 Surabaya. kegiatan yang diikuti sebanyak 60 orang peserta yang berasal dari 26 (dua puluh enam) Kabupaten/Kota ini mengambil fokus materi terkait dengan HIV/AIDS. Untuk kali ini, Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur tidak mengundang secara keseluruhan 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini merupakan hasil koordinasi dan pertimbangan dari Lembaga Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Timur untuk pemanggilan peserta diambil hanya dari 26 Kabupaten/Kota yang belum pernah mengikuti kegiatan serupa yang dilaksanakan Instansi/lembaga lainnya.
Dr. Sugeng Riyono
Kepala DISPORA Provinsi
Jawa Timur

Konsep penyampaian materi terkait dengan HIV/AIDS yang dituangkan dalam pelaksanaan "Pelatihan Penyadaran Bahaya dan Penanganan Kenakalan Pemuda Sebaya Tahun 2015" ini adalah memenuhi anjuran Bapak Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, agar sebaiknya panitia menelusuri dahulu potensi kebutuhan yang perlu disampaikan kepada pemuda sebaya. Bapak Kepala Dinas sangat berhati-hati untuk memilih dan menuangkan materi yang betul-betul dibutuhkan oleh pemuda sebaya. Beliau menyadari bahwa kenakalan pemuda biasanya dilakukan oleh pemuda-pemuda yang gagal menjalani prses perkembangan jiwanya. Baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu ncepat. Secara psikologis, kenakalan pemuda merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pemuda para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Kenakalan pemuda dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyikmpang


Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada.


Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, memang sengaja dilakukan, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan, mungkin karena ingin diperhatikan, cari sensasi atau latar belakang masalah lainnya. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi).

Konsep yang dihasilkan untuk materi pokok yang disampaikan pada saat kegiatan “Pelatihan Penyadaran Bahaya dan Kenakalan Pemuda Sebaya se Jawa Timur Tahun 2015” ini adalah lebih mengarah kepada dampak penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya. Kecenderungan bagi pemuda pelaku penyalahgunaan narkoba adalah HIV/AIDS. Oleh sebab itu, sebagai langkah awal dalam menentukan materi pokok pada kegiatan ini adalah melakukan penetapan dan koordinasi dengan lembaga terkait, dan selanjutnya ditentukan dan ditetapkan menjadi mitra kerja dalam penyempaian materi pelatihan. Penetapan dan tindak koordinasi dilakukan melalui Lembaga Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Timur sebagai pilihan. Hasil koordinasi kepanitiaan dengan pihak lembaga dimaksud menghasilkan kata kesepakatan dan kesanggupan Lembaga Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Timur untuk menjadi mitrakerja dalam kegiatan Pelatihan Penyadaran Bahaya dan Penanganan Kenakalan Pemuda Sebaya Se Jawa Timur Tahun 2015.

Kegiatan pelatihan ini dibuka secara langsung oleh Bapak Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur sebagai perwakilan dari Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur yang tidak dapat hadir pada acara dimaksud. Turut duduk pada mimbar kehormatan Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, Drs. Didiek Dwijanto, MM berada di tengah dari empat  kursi yang ada, dan disebelah kanan berjajar Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Rekreasi, Ibu Hati’in, SH, MM, dan Kepala Seksi Organisasi Minat dan Bakat, Jasmono, SH, M.Si. Sedangkan disebelah kirinya beliau turut duduk mendampingi adalah Kepala Bidang Pengembangan Olahraga Prestasi Dispora Provinsi Jawa Timur, Drs. Abd. Haris Ramadhan, MM. Sedangkan Ketua Pelaksana diwakili dari salah satu Staf Seksi Wawasan dan Kreativitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, Lamro Lambertus, S.Sos. menggantikan Kepala Seksi Wawasan dan Kreativitas Pemuda, Ir. Biasworo Adisuyanto Aka, MM yang tidak dapat hadir karena mendapatkan tugas pimpinan mengikuti kegiatan Kemenpora RI di Jakarta, duduk secara terpisah.
Drs. Didiek Dwijanto, MM
Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda
DISPORA Provinsi Jawa Timur

Sambutan dan arahan Kepala Dinas Kepmudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur yang dalam hal ini diwakili Kepala Bidang Pengembangan Aktivitas Pemuda Dispora Provinsi Jawa Timur, Drs. Didiek Dwijanto, MM. Beliau membacakan sambutan tertulis Bapak Kepala Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur, yang di dalamnya menyampaikan bahwa "Keberhasilan suatu bangsa diawali oleh keberhasilan dalam membina generasi mudanya, dan kehancuran suatu bangsa diawali oleh kehancuran generasi mudanya". Banyak hal yang bisa menyebabkan kehancuran generasi muda, diantaranya berawal dari perilaku hidup yang tidak sehat dan tidak semestinya. Contoh konkritnya, bila seseorang hidup dengan mengonsumsi Narkoba, maka ada kemungkinan dia terpapar virus HIV/AIDS. Karena, Narkoba dan HIV/AIDS ibarat keping mata uang, dimana antara keduaya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Nakoba adalah salah satu media potensial bagi penularan virus HIV/AIDS, terutama yang dilakukan melalui IDUs (Injecting Drug Users) NAPZA.

Drs. Didiek Dwijanto, MM juga menambahkan dalam sambutan Bapak Kepala Dinas bahwa kasus HIV dan AIDS di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh kelompok usia 20 -29 tahun, sehingga kelompok ini mulai terinfeksi virus HIV pada usia muda pemuda. Dengan kondisi demikian, pencapaian indikator-indikator Millenium Development Goals (MDG’s) di bidang kesehatan, tentu saja akan sangat sulit dilakukan. Oleh sebab itu, diperlukan daya dorong atau critical driving force yang memadai, diantaranya dengan melakukan sosialisasi, menyusun strategi dan rencana aksi penanggulangan HIV dan AIDS, menyusun rencana percepatan MDG’s, namun perlu dipahami bersama, bahwa dengan melakukan hal-hal tersebut belumlah cukup, karena kunci sukses dalam pembangunan kesehatan kedepan sangat ditentukan oleh adanya komitmen dari semua pihak, baik dari lingkungan eksekutif, legislatif maupund dari masyarakat termasuk swasta. Oleh sebab itu, agar apa yang kita lakukan nantinya tidak sia-sia, maka komitmen yang kuat harus terus dibangun, begitu juga sinergi dengan pihak-pihak yang terkait. Saya yakin, kalau hal ini bisa dilakukan, maka pada saatnya nanti kasus HIV/AIDS akan semakin berkurang, khususnya di kalangan pemuda.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar